Rusia Klaim Punya Vaksin Covid-19 Terbaik di Dunia
MOSKOW - Vaksin Covid-19 yang ditingkatkan serta dites oleh Rusia sukses membuahkan tanggapan anti-bodi serta tidak memperlihatkan efek yang serius. Demikian laporan riset yang diedarkan jurnal klinis The Lancet di hari Jumat.
Ayam Birma Pengimbang Ayam Siam |
Data peer-review bisa tempatkan Rusia di pucuk perlombaan dengan Amerika Serikat (AS), Eropa, serta China untuk meningkatkan vaksin yang sukses menantang virus. Kirill Dmitriev, kepala eksekutif Dana Investasi Langsung Rusia, menjelaskan pada Bloomberg di hari Jumat jika negara itu yakin jika perubahan mereka ialah yang paling baik di dunia.
"Rusia sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberi pertanyaankan mengenai itu," tuturnya.
"Serta kami percaya jika kami mempunyai vaksin paling baik di dunia," paparnya.
Studi ini dilaksanakan lewat dua studi babak 1/2 terbuka serta tidak diacak di dua rumah sakit di Rusia dan menyertakan 76 relawan sehat berumur di antara 18-60 tahun. Sukarelawan diwajibkan menutup diri sesudah mendaftarkan untuk eksperimen serta tinggal di dalam rumah sakit semasa 28 hari sesudah divaksinasi. Vaksin ini memakai dua adenovirus manusia tidak sama yang dirubah untuk bawa gen protein kenaikan dalam virus Corona buat membuahkan tanggapan imun.
Menurut hasil awal dalam eksperimen babak 1 serta 2, vaksin menyebabkan tanggapan sel-T dalam 28 hari. Sel-T ialah semacam sel darah putih yang menolong skema kebal menangani infeksi.
Beberapa periset memperbandingkan kebal saat vaksinasi dengan tanggapan kebal yang dipunyai orang sesudah sembuh dengan alamiah dari Covid-19. Riset memperlihatkan mereka mendapatkan jika tanggapan anti-bodi semakin tinggi pada individu yang divaksinasi.
The Lancet memberikan laporan jika tidak ada reaksi yang bikin rugi pada vaksin itu, dengan efek yang umum ialah ngilu dalam tempat suntikan, demam, sakit di kepala serta ngilu otot atau sendi.
Rusia memunculkan banyak kebimbangan saat memberitahukan jika mereka meningkatkan vaksin Covid-19 pertama yang disepakati di dunia di bulan Agustus, yang diberi oleh Presiden Vladimir Putin sebelum vaksin mengakhiri eksperimen babak 3. Beberapa petinggi tinggi, seperti Walikota Moskow Sergei Sobyanin serta Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, menjelaskan jika mereka sudah disuntik vaksin itu.
Riset ini mengulas beberapa kekurangan dalam eksperimen, termasuk juga minimnya barisan plasebo; waktu tindak lanjut yang cepat (42 hari); jumlah peserta yang rendah; serta sukarelawan yang cukup muda. Belum jelas bagaimana vaksin akan memengaruhi populasi yang bertambah tua serta barisan beresiko tinggi.
"Riset selanjutnya dibutuhkan untuk menilai vaksin pada populasi yang lain, termasuk juga barisan umur yang bertambah tua, individu dengan situasi klinis yang memicu, serta orang dalam barisan beresiko," catat riset itu seperti diambil dari Newsweek, Sabtu (5/9/2020).
Rusia menyepakati eksperimen babak 3 vaksin "Sputnik V" pada 26 Agustus, yang akan menyertakan 40.000 relawan dalam barisan umur serta efek yang lain. Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko awalnya menjelaskan jika negara itu akan mengawali vaksinasi massal pada Oktober, serta dokter dan guru bisa menjadi yang pertama divaksinasi.